×
STUDILMU Career Advice - 3 Cara Perusahaan Merangkul Kaum Milenial atau Generasi Y
Generation Millennials & Z

3 Cara Perusahaan Merangkul Kaum Milenial atau Generasi Y

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

Tentang Kaum Milenial

Kaum milenial atau yang biasa kita sebut sebagai generasi milenial adalah sebutan lain dari generasi Y. Mereka ini adalah orang-orang yang lahir sekitar tahun 1980 awal dan pertengahan 1990, lalu ditutup dengan awal tahun 2000an sebagai penanda akhir dari lahirnya para kaum milenial. Nah, kira-kira rekan pembaca masuk tidak nih ke dalam kategori generasi milenial? 
 
Generasi milenial cukup terkenal dengan banyaknya stigma negatif yang melekat, lalu menjadi image mereka di dunia bisnis dan pekerjaan. Meskipun begitu, hal yang sangat kami cintai dari kaum milenial ini adalah mereka tetap PD dan mencintai diri mereka apa adanya. Bahkan, mereka adalah generasi yang sangat cinta akan toleransi loh! Ini menandakan bahwa para kaum milenial adalah orang-orang yang mau toleransi keberagaman dan kehadiran para generasi sebelumnya maupun generasi setelahnya yaitu, gen Z. 
 

Jarak Generasi antara Kaum Milenial dan Generasi Lainnya

Ini dia bagian yang sangat membuat banyak orang menjadi dilema! Jarak atau pemisahan generasi yang terjadi antara satu generasi dengan generasi lainnya memang bukan hal yang baru, namun sampai sekarang masih menjadi topik yang membuat para perekrut, pemimpin dan kalangan sosial lainnya menjadi risau, “bagaimana caranya untuk menyatukan para generasi yang berbeda menjadi satu kesatuan?”.
 
Contoh perbedaan yang mungkin terjadi antar generasi adalah: bagi para baby boomer, Steve Jobs mungkin menjadi idola atau ikon yang sangat luar biasa bagi mereka. Sedangkan, generasi milenial atau yang biasa disebut sebagai generasi Y mungkin akan lebih memilih Mark Zuckerberg sebagai idola mereka, atau bila gen Y itu berada di Indonesia, mungkin mereka akan mengidolakan Atta Halilintar yang sukses dengan akun Youtube dan beberapa bisnisnya dengan omset milyaran. 
 
Generasi baby boomer tumbuh dan berkembang dengan informasi-informasi penting yang disampaikan melalui koran, majalah (surat kabar cetak) atau berita di televisi. Sedangkan, bagaimana para generasi milenial mendapatkan berita dan informasi yang penting? Ups! Koran, majalah dan berita di televisi itu sepertinya terlalu out of date deh.  
 
Kaum milenial atau gen Y akan berselancar dengan mudah melalui media sosial seperti Twitter atau Facebook dan mereka bisa langsung mendapatkan berita-berita penting juga menarik pada saat itu juga. Keduanya sangat kontras bukan? 
 
Tabrakan demografi ini sudah merambah di dunia bisnis dan dunia kerja. Itulah mengapa di awal artikel kami mengatakan bahwa pemimpin perusahaan mungkin akan kewalahan untuk mengintegrasikan generasi yang berbeda-beda ini untuk bekerjasama di dalam satu ruangan kantor. 
 
Pada artikel kali ini, kami akan mencoba untuk menjelaskan bagaimana cara yang bisa diterapkan oleh perusahaan dalam merangkul kaum milenial atau generasi Y. Menurut website entrepreneur, ada 3 cara yang bisa perusahaan lakukan dalam hal ini. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini. 
 

1. Menerima Prinsip bahwa “Keseimbangan Kehidupan-Kerja” Itu Penting.

Langkah pertama untuk merangkul generasi milenial atau generasi Y adalah menerima prinsip hidup bahwa keseimbangan kehidupan di kantor dan kehidupan di tempat kerja adalah hal yang sangat penting. Jika kita lihat kembali “apa makna keseimbangan kehidupan” bagi para generasi sebelum gen Y adalah kesetiaan atau loyalitas terhadap pekerjaan di kantor. 
 
Para generasi sebelum kaum milenial adalah orang-orang yang siap menerima ‘komando’ atau perintah dari para bosnya di kantor. Mereka akan rela untuk stay lebih lama di kantor, takut-takut nanti bos mereka perlu memberikan perintah lain yang mungkin harus mereka lakukan. Bagi generasi ini, menghormati pekerjaan adalah bekerja disiplin dari jam 9 pagi sampai 5 sore, bahkan kalau bisa lebih. Berdiam diri atau bekerja lebih dari jam yang ditentukan dianggap sebagai loyalitas seorang karyawan terhadap perusahaan dan pekerjaannya. Jika mereka berhasil melakukan ini dan menjadikannya sebagai etos kerja, mereka yakin bahwa cepat atau lambat, mereka akan mendapatkan promosi jabatan dari para pemimpinnya. 
 
Bagaimana dengan generasi milenial? Berbeda dengan generasi ini, kaum milenial adalah orang-orang yang percaya bahwa keseimbangan kehidupan sehari-hari dan pekerjaan adalah kunci kebahagiaan dalam hidup. Bagi mereka, bekerja itu adalah ruang, bukan tempat yang kita tempati dengan durasi jam yang lama. Jika kewajiban kerja sudah diselesaikan, maka pulang ke rumah atau memanjakan diri ke tempat lainnya adalah solusi yang tepat untuk mempertahankan keseimbangan tersebut. 
 
Itulah mengapa para kaum milenial tidak suka dengan konsep kebijakan promosi kerja berdasarkan hierarkis. Bagi mereka itu sangat kuno, masa iya untuk mendapatkan promosi kerja harus tinggal berlama-lama di kantor? 
 
Sebuah studi yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa 88% kaum milenial sangat menginginkan kesempatan yang lebih besar untuk bisa menentukan jam kerja mereka, 75% dari kaum milenial mengatakan bahwa mereka sangat ingin bekerja secara fleksibel dengan bekerja dari rumah (remote work) atau lokasi lain yang dianggapnya lebih nyaman dan mampu meningkatkan produktivitas. 
 
Intinya, ketika generasi Y atau kaum milenial ini sudah mulai mendominasi tempat kerja, maka kepemimpinan atau pihak manajemen yang berasal dari generasi sebelumnya, seharusnya bisa menerima prinsip keseimbangan hidup-kerja yang dimiliki oleh para kaum milenial ini. Lagipula, menyeimbangkan hidup-kerja bukan berarti kita meninggalkan kewajiban kerja di kantor kok!
 

2. Maksimalkan Proses Transfer Pengetahuan dan Keterampilan.

Cara kedua yang bisa dilakukan perusahaan untuk merangkul kaum milenial dan generasi Y adalah memaksimalkan proses transfer pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para generasi sebelum gen Y. Misalnya, perusahaan bisa mengadakan suatu forum santai dengan agenda untuk saling bertukar cerita pengalaman. Atau, para pemimpin perusahaan juga bisa mengadakan training internal atau eksternal yang diadakan untuk melatih keterampilan dan mengasah pengetahuan pada kaum milenial. 
 
Seperti yang sudah kami bahas di awal artikel bahwa generasi milenial adalah generasi yang sangat toleransi. Dengan adanya bentuk perhatian seperti ini, maka karyawan milenial akan semakin termotivasi dan bersemangat dalam berkontribusi untuk perusahaan. 
 

3. Hindari Manajemen Mikro.

Manajemen mikro? Big no deh! Dewasa ini, perusahaan-perusahaan semakin di dominasi oleh para generasi milenial. Mau tidak mau, kita harus menerima bahwa posisi kepemimpinan kita akan segera digantikan oleh karyawan milenial. Lantas, bagaimana agar kita bisa terus mempertahankan produktivitas kaum milenial? 
 
Caranya adalah dengan berhenti melakukan manajemen mikro. Beri para karyawan kebebasan dan tanggung jawab. Tidak perlu mendikte bagaimana cara yang seharusnya mereka lakukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Percaya atau tidak, kaum milenial itu jauh lebih kreatif dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka mempunyai cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan satu pekerjaan yang sama. Dengan kata lain, tidak perlu khawatir dengan cara penyelesaiannya, namun fokus saja dengan hasil yang akan mereka berikan. 
 
Mengapa manajemen mikro tidak disukai kaum milenial? Manajemen mikro hanya akan membuat mereka terasa tercekik setiap kali bekerja. Mereka adalah orang-orang yang sangat suka jika diberikan kepercayaan sepenuhnya. Dengan kepercayaan, mereka yakin bahwa mereka akan mempergunakannya dengan sebaik mungkin. Jadi, sudahi manajemen mikro yang kita lakukan selama ini ya. 
 
Itulah 3 cara yang bisa diterapkan oleh perusahaan untuk merangkul kaum milenial di tempat kerja. Yuk, mulai dari sekarang kita praktikkan 3 cara di atas. Selamat menerapkannya ya, rekan-rekan Career Advice.

Featured Career Advice