Entrepreneurship
Asumsi adalah Penyebab Kegagalan Wirausaha
By STUDiLMU Editor
Definisi Asumsi secara Singkat
Asumsi adalah dugaan-dugaan yang sering kita pikirkan dan terkadang menjadi dasar pemikiran kita dalam menilai suatu hal atau peristiwa. Asumsi akan menjadi hal yang berbahaya jika asumsi dijadikan sebagai landasan berpikir yang dianggap benar. Padahal, asumsi-asumsi yang kita miliki bisa saja salah total atau tidak memiliki keterkaitan apapun dengan apa yang kita pikirkan.
Asumsi bertolak-belakang dengan fakta, yang mana fakta adalah suatu kenyataan atau segala sesuatu yang benar-benar terjadi dan nyata. Bahkan, fakta juga memiliki bukti-bukti yang pasti. Sedangkan, asumsi hanya dugaan dari pemikiran kita atau pemikiran orang lain tanpa disertai bukti yang valid.
Apakah Asumsi bisa Menjadi Penyebab Kegagalan Wirausaha?
Kami meyakini bahwa asumsi dapat menjadi suatu ancaman bagi bisnis atau wirausaha yang sedang kita jalankan. Akan tetapi, terkadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang memiliki pemikiran yang mengarah pada asumsi. Kesibukan tiada henti yang kita hadapi sebagai pebisnis telah membuat kita sedikit melupakan hal-hal yang ada di sekitar kita. Selain itu, kita juga tidak akan tertarik untuk mendengarkan apapun yang tidak menarik perhatian kita. Akibatnya, ketika kita harus menilai sesuatu hal, seringkali kita menilainya dengan modal asumsi saja.
Pola pikir seperti ini berisiko menciptakan pola ketidaktahuan yang disengaja. Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang 4 peristiwa yang membuktikan bahwa asumsi adalah penyebab kegagalan wirausaha. Beberapa peristiwa ini telah kami rangkum berdasarkan website entrepreneur. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
Asumsi Pertama: Bisnis Saya adalah yang Paling Terbaik.
Hampir semua pengusaha dan pebisnis akan merasa bahwa produk dan layanan jasa yang mereka miliki adalah yang paling terbaik dibandingkan produk kompetitor lainnya. Ini merupakan hal yang wajar, akan tetapi pertanyaannya adalah “apakah asumsi ini baik untuk wirausaha kita?”
Jika kita merasa bahwa bisnis kita adalah yang paling terbaik dan sempurna, ini menandakan bahwa tidak ada hal yang perlu diperbaiki dari bisnis kita. Padahal tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk bisnis kita.
Asumsi seperti ini memang akan menciptakan perspektif yang aman bagi kita, namun semakin kita merasa nyaman, semakin para kompetitor akan menggunakan kondisi ini untuk menyaingi bisnis kita. Kita bisa saja merasa lebih unggul dari para pesaing lainnya. Akan tetapi, secara perlahan tapi pasti, para pesaing sedang menjalankan inovasi mereka dan membuat dirinya semakin terdepan dibandingkan bisnis kita. Hasilnya? bisnis kita hanya unggul bagi kita sendiri, bukan di mata orang lain, terutama para pelanggan.
Asumsi Kedua: Bisnis Saya Paling Terkenal di Bidangnya.
Ketika kita mendirikan bisnis, seringkali kita merasa terlalu percaya diri bahwa semua orang disekitar kita telah mengenal bisnis kita dengan baik. Kenyataannya, orang-orang di sekitar kita bisa saja tidak menyadari bisnis yang kita miliki. Misalnya, di awal perjalanan bisnis, saya menganggap bahwa kedai kopi yang saya bangun adalah kedai kopi yang paling terkenal di komplek tersebut. Ketika saya bertemu dan berkenalan dengan salah satu pemilik toko lain, saya mencoba untuk memperkenalkan bisnis saya, namun dengan nada yang agak sombong.
Ya, bagaimana tidak? Saat itu, saya berasumsi bahwa semua orang di komplek tersebut pasti sudah mengenal kedai kopi saya dengan sangat baik. Saya terkejut ketika orang tersebut mengatakan, “kedai kopi yang mana ya? Memangnya di sekitaran sini ada kedai kopi ya?” Sontak saya merasa terkejut dan sedih, dari situ saya sadar bahwa tidak semua orang sudah menyadari kehadiran kedai kopi saya.
Ternyata, berasumsi bahwa wirausaha kita sudah dikenal dengan baik adalah hal yang salah. Terus bergerak maju untuk mempromosikan bisnis kita adalah solusi yang tepat dalam masalah ini. Jangan mudah merasa puas dan sombong sebelum orang lain menyadari bisnis kita terlebih dahulu.
Asumsi Ketiga: Semua Karyawan di dalam Bisnis Saya harus Memberikan Pengorbanan yang Setara dengan Saya.
Asumsi ketiga ini sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis kita secara internal. Memang benar bahwa ketika menjadi pemilik bisnis, visi dan misi dari bisnis kita benar-benar akan menjadi tujuan hidup yang selalu kita pegang secara teguh. Namun, bukan berarti kita harus memaksa para karyawan kita juga melakukan hal yang sama.
Kita tidak bisa memaksa para karyawan untuk memiliki tingkat akuntabilitas yang sama dengan diri kita sendiri. Apapun itu, kita adalah pemilik dari bisnis yang kita dirikan. Sedangkan, mereka adalah orang-orang yang ikut membantu menjalankan visi misi bisnis kita. Akan tetapi, kita tidak bisa memaksa mereka untuk memberikan pengorbanan yang setara dengan apa yang kita berikan.
Daripada terus-menerus mencoba untuk mengaitkan visi bisnis kita dengan visi pribadi mereka, lebih baik kita mensejajarkan tujuan bersama yang membuat mereka merasa nyaman untuk melangkah ke depan bersama bisnis kita.
Asumsi Keempat: Bisnis Saya telah Melayani Semua Orang.
Kesalahan keempat dari sebuah asumsi adalah kita menganggap bahwa kita telah melayani semua orang melalui bisnis kita. Kita selalu berusaha untuk menjadi bisnis yang berarti untuk semua orang. Semakin kita mencari pelanggan yang tidak berkaitan dengan bisnis kita, maka kita akan semakin banyak mendapatkan keluhan dan kritikan dari para pelanggan.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang spesifik. Dengan menjadi bisnis yang spesifik, target pelanggan kita pun juga akan semakin spesifik, sehingga kita bisa menjadi penjual yang ekspert di bidang yang kita pilih. Hasil lainnya? Tentu saja bisnis yang spesifik akan memberikan keuntungan yang lebih banyak daripada bisnis yang terlalu umum.
Dari keempat asumsi di atas, apakah rekan pembaca pernah memiliki satu di antaranya? Jika “ya”, sekarang adalah waktu yang tepat bagi rekan-rekan Career Advice untuk menghindari asumsi-asumsi di atas beserta penyebabnya, semuanya dilakukan demi kebaikan bisnis kita di masa kini dan di masa mendatang. Selamat mencoba ya, rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advice
-
Resume & Interviewing
Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan
-
Innovation
Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness
-
Productivity
Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif
-
Mindset
Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian
-
Innovation
Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?
-
Mindset
5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja
-
Productivity
Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan
-
Self Improvement
Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini
-
Productivity
Menyeimbangkan Kecepatan dan Ketelitian: Kunci Kerja Efisien
-
Productivity
Tantangan Konsistensi dan Langkah-Langkah untuk Tetap Konsisten
-
Self Improvement
Mengenal Microsoft Excel: Aplikasi Pengolah Data yang Efisien
-
Innovation
Penjadwalan dan Pembuatan Kalender Konten di TikTok
-
Generation Millenials & Z
Alasan Generasi Z Memilih TikTok sebagai Sumber Informasi Utama
-
Self Improvement
Tips Tampil Percaya Diri Tanpa Terlihat Berlebihan di Kantor
-
Self Improvement
Pentingnya Penampilan dan Perawatan Diri di Tempat Kerja
-
Self Improvement
Tips Makeup Ideal Berdasarkan Jenis Kulit Wajah
-
Self Improvement
Tampil Menawan dengan Make Up Sesuai Bentuk Wajah
-
E-learning
Pelatihan Berkualitas, Beragam, dan Mudah dipelajari Bersama STUDiLMU
-
E-learning
Intip STUDiLMU sebagai Lembaga Pelatihan di Prakerja, Yuk!
-
E-learning
Apa Kata Mereka tentang Pelatihan Prakerja di STUDiLMU
-
Tips of Management
Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan
-
Leadership
Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah
-
Leadership
Prinsip-Prinsip Agile Leadership
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table