×
STUDILMU Career Advice - Creative Thinking
Innovation

Creative Thinking

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

 
Seorang leader diharapkan memiliki kreatifitas dalam berpikir, untuk menemukan solusi dalam kendala kerja maupun membuat berbagai rencana atau program kerja. Hal ini sangat wajar, mengingat kreatifitas lah yang membuat suatu organisasi bertahan dan stand up diantara pesaing dengan bidang usaha yang sama. Dan kendala pekerjaan yang dihadapi tidak selalu bisa diselesaikan dengan cara yang sama.
 
Apa itu kreatifitas? James C Coleman dan Coustance L Hammen berpendapat bahwa kreatifitas adalah “Thinking which produces new methods, new concepts, new understanding, new inventions, new work of art.”. Kreatifitas adalah membawa sesuatu yang tidak ada sebelumnya, baik sebagai produk, proses atau pikiran. Kreatifitas sangat penting untuk menyiasati segala keterbatasan yang kita miliki, memecahkan masalah pada berbagai aspek kehidupan, sekaligus menghasilkan peluang atau karya baru untuk memudahkan kehidupan (pekerjaan) kita. 
 
 
 
Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan kreatifitas. Kreatifitas tidak selalu menghasilkan produk konkret, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan, di antaranya berupa ide. Esensi dari ide kreatif adalah tak seorang pun yang pernah memikirkannya sebelumnya. Ide kreatif melihat sesuatu bukan dengan sudut pandang umum, melainkan dengan sudut pandang berbeda. Ini dinamakan berpikir outside the book. Tak peduli seberapa membosankan tampilan suatu hal, selalu ada peluang untuk membuatnya tampil lebih baik dengan ide besar yang kreatif.
 
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam berpikir kreatif. Pertama, kreatifitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, yang secara statistik sangat jarang. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Karena sesuai syarat ke dua, kreatifitas hendaknya dapat memecahkan persoalan secara realistis. Misalnya saja usulan kreatif untuk mengatasi kemacetan di ibukota dengan membangun jalan raya di bawah tanah. Ini ide baru, tapi sulit dilaksanakan. Ke tiga, kreatifitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinil, dengan menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (McKinnon, 1962). Dengan kata lain, pemikirannya harus murni berasal dari pengetahuan dan pengertiannya sendiri, bukan jiplakan atau tiruan, bukan mencuri karya atau gagasan orang lain. 
 
 
Pada kenyataannya, kita semua kreatif setiap hari karena kita terus-menerus mengubah ide-ide yang dalam keseharian kita. Kreatifitas tidak harus berbicara tentang mengembangkan sesuatu yang baru untuk dunia, tetapi lebih utama adalah untuk melakukan dan mengembangkan sesuatu yang baru untuk diri kita sendiri dahulu. Ketika kita mengubah diri kita, perubahan lingkungan mengikutinya.
 
Creative thinking process atau proses berfikir kreatif memiliki beberapa keuntungan bagi yang menerapkannya, diantaranya :
Bersifat optimis
Tidak mudah putus asa dan selalu percaya diri
Sadar dan waspada terhadap masalah yang terjadi di sekitar
Hidup akan terasa lebih bersemangat
Selalu memiliki ide-ide yang baru
Mengatasi persaingan
 
Dalam The Innovator’s DNA (dimuat dalam jurnal Harvard Business Review, Desember 2009), dipetakan empat elemen kunci untuk membangun ketajaman creative thikinking skills:
 

1. Elemen 1 : Associating

Mengasosiasikan atau ketrampilan asosiasi adalah sejenis kemampuan untuk mengkoneksikan sejumlah perspektif dari beragam disiplin yang berbeda, guna membangun satu gagasan yang bersifat kreatif. Seperti pendapat Steve Jobs, “Creativity is connecting things”.
 
Asosiasi bersandar pada kemampuan untuk menggunakan kekayaan wawasan kita pada satu bidang/disiplin ilmu tertentu, dan kemudian mencoba mengaplikasikannya dalam bidang lain, guna menghasilkan sebuah temuan baru yang inovatif. Ketrampilan asosiasi memacu kita untuk bisa berpikir lintas disiplin dan lintas bidang.
 

2. Elemen 2 : Questioning

Mengutip petuah Plato, “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan”. Para creative thinkers adalah mereka yang secara konstan selalu mengajukan pertanyaan. Mereka selalu bertanya why, why not, dan what if untuk mendapatkan peetunjuk bagi aneka gagasan baru.
 

3. Elemen 3 : Observing

Dari kemampuan untuk melakukan observasi telah banyak ide kreatif dilahirkan. Tahukah Anda, di tahun 2005, seorang mahasiswa 21 tahun di Inggris bernama Alex Tew meluncurkan The Million Dollar Homepage, dimana ia menjual piksel dari grid 1000 × 1000 seharga $ 1 masing-masing. Meskipun itu ide yang sangat sederhana, proyek yang unik tersebut menarik sejumlah besar liputan pers, dan akhirnya mendapatkan $ 1.037.100 dalam hitungan bulan - slot terakhir pada halaman tersebut terjual seharga $ 38.100. Hal ini melahirkan banyak peniru website yang hampir semuanya gagal, karena ide ini tidak lagi baru.
 
Dan jangan lupakan fenomena ojek online di ibukota, yang memicu kelatahan beberapa pebisnis, tetapi hanya menyisakan sang pioneer dan sedikit follower yang bertahan. Bisnis ini sukses menyedot ribuan rider dari berbagai kalangan untuk bergabung, dan memperluas bentangan sayap ke kota-kota besar lain di tanah air.
 
Pendeknya, kemahiran melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang inovasi dibaliknya, merupakan sejenis gen yang melekat dalam DNA creative thinker. Jadi, sering-seringlah melakukan proses observasi secara intens atas segenap situasi di sekeliling kita. Lalu, cobalah bangun imajinasi kreatif untuk meletupkan hasil observasi itu dalam serangkaian gagasan inovatif.
 

4. Elemen 4 : Experimenting

Ingat kisah inspirasional Thomas Alva Edison yang melakukan eksperimen sekitar dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam penerang dunia? We might do the similar thing jika tidak mudah menyerah mencoba berbagai ide kreatif yang kita yakini bisa berhasil. Mari terus mencoba dan mencoba, demi membuktikan bahwa gagasan inovatif kita layak diwujudkan dalam kenyataan.
 
Bagaimana cara untuk melatih creative thinking? Berikut ini tips yang bisa dicoba:
 

1. Optimis

Berpikir semua bisa dilakukan, yakin bahwa sesuatu yang kita kerjakan akan mampu kita selesaikan. Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.
 

2. Hilangkan cara berpikir konservatif

Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Terkadang tanpa sadar kita ingin mempertahankan gaya konservatif, sehingga perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman. Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, kita takut akan mengalami kerugian. Cara berpikir konservatif memasung pemikiran. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.
 
Berikut tips mengurangi atau menghilangkan pola berpikir konservatif:

· Terbuka terhadap masukan

Masukan adalah bahan mentah sangat berharga yang dapat kita olah menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi akan sangat baik jika kita terbuka pada ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif. 

· Mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita

Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.
 

· Menjadi proaktif

Sekali lagi sikap proaktif menjadi kunci positif bagi banyak hal. Bertindak proaktif membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreatifitas berpikir
 

3. Tingkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan

Untuk terus meningkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan, baiknya kita tidak cepat berpuas. Karena semakin cepat puas berarti menutup diri terhadap pekerjaan lain yang dapat memperkaya perkembangan pemikiran. Dengan sanggup menerima pekerjaan lain, berarti kita membuka diri pada tantangan baru. Keterbukaan untuk menerima tambahan pekerjaan membuat kita melatih diri. Apakah dalam situasi tertekan kita masih mampu berpikir? Tentunya tanpa mengabaikan kualitas hasilnya. Karena dari kualitas pekerjaan itu tercermin mutu pemikiran kita. Semakin berkualitas hasil pekerjaan kita, semakin berkualitas pula pola berpikir kita.
 

4. Perbanyak kebiasaan bertanya

Bertanya tidak selalu berarti kita tidak mengerti. Bertanya merupakan indikator bahwa pikiran kita masih ”jalan” dan selalu dinamis. Dengan bertanya, berarti menguji daya kritis, munculnya dinamika pikiran. Pemikiran kita bertemu dengan pemikiran orang lain yang mengandung hal-hal baru, sehingga cakrawala berpikir kita semakin luas. Juga membuat kita tidak terpaku pada pemikiran diri sendiri. Sebaliknya, kita mencoba meyakinkan apakah pemikiran kita sejalan dengan pemikiran orang lain? Hal ini membuat kita semakin kreatif karena berusaha terbuka terhadap pemikiran dari luar.
 
Dalam tim kerja, hal ini juga baik untuk membangun engagement dengan dan antar team member. Team member Anda akan merasa “dianggap”, didengar pemikirannya, dan dipercaya pendapatnya. Ini adalah satu hal yang memberi dampak ganda.
 

5. Menjadi pendengar yang baik

Menjadi pendengar yang baik berarti sanggup mendengarkan setiap informasi dari luar. Dengan demikian kita mempunyai ”kekayaan”, banyak kesempatan untuk berpikir mengenai yang kita dengar. Apabila ingin menanggapi yang kita dengar, sudah tersedia banyak konsep pikiran untuk digunakan. Menjadi pendengar yang baik berarti mengerti betul setiap informasi yang masuk ke alam pemikiran. Kita dituntut untuk berpikir kreatif, sehingga sanggup merespons sesuai yang dikehendaki oleh dunia luar.

Featured Career Advice