×
STUDILMU Career Advice - Lebih Baik Kerja Keras atau Kerja Cerdas?
Productivity

Lebih Baik Kerja Keras atau Kerja Cerdas?

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

Definisi Kerja Keras dan Kerja Cerdas

Apa yang dimaksud dengan “Kerja Keras” dan “Kerja Cerdas”? Kerja keras adalah kegiatan kerja yang dilakukan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal kata lelah, pantang menyerah dan tidak akan berhenti bekerja sebelum target atau tujuan yang dimiliki tercapai. Orang-orang yang kerja terlalu keras juga sering disebut sebagai workaholic. Orang-orang yang bekerja keras akan sangat bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk meraih hasil yang baik dan maksimal seperti apa yang mereka targetkan. Sedangkan, kerja cerdas adalah kegiatan kerja yang berfokus pada hal-hal yang paling penting atau signifikan. Dikarenakan kerja cerdas itu lebih berfokus pada hal yang lebih penting, maka kerja cerdas ini memiliki prinsip, “bagaimana kita bisa bekerja dengan hasil yang jauh lebih baik, namun usaha yang dikeluarkan tetap sama atau hasil yang sama dengan usaha yang lebih ringan”. 
 
Usaha yang diberikan ketika bekerja dengan cerdas mungkin tidak akan sebesar yang kita berikan saat bekerja keras, namun jika kerja cerdas dapat memberikan hasil yang lebih besar atau hasil yang sama dengan usaha yang tidak sebesar kerja keras, maka kerja cerdas bisa dibilang jauh lebih efisien. 
 

Strategi Kerja Keras vs Strategi Kerja Cerdas

Kebanyakan para pemimpin, manajer atau bos memang jauh lebih suka para karyawan yang bekerja keras. Akan tetapi, percaya atau tidak kita bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih banyak dan maksimal dengan bekerja secara cerdas loh! Agar dapat berhasil memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak, pertama-tama kita harus bisa membedakan kedua istilah ini. 
 
Membedakannya bukan sekedar dari definisi saja, namun kita juga perlu memahaminya dari bagaimana cara kerja keras dan kerja cerdas berfungsi dan bagaimana strategi yang ditawarkan oleh masing-masing istilah ini. Menurut website money us news dot com, strategi kerja yang ditawarkan oleh kerja keras dan kerja cerdas dapat dijelaskan sebagai berikut ini. 

Bagaimana Cara Bekerja Keras? 

Rasanya istilah “kerja keras” sudah sangat terkenal di seluruh penjuru dunia ini. Ketika kita melihat seseorang yang bekerja secara gigih, ulet bahkan sampai begadang tengah malam di kantor dan membawa tugas-tugas kantor ke rumah untuk dikerjakan. Ditambah lagi waktu di akhir pekan yang tetap diisi dengan kegiatan bekerja yang tiada habisnya, kita bisa menyebut semua rangkaian kegiatan kerja itu sebagai KERJA KERAS. Sangking terkenalnya konsep kerja keras ini, rasanya kita tidak perlu menjelaskannya lebih dalam lagi. Kondisi ini jugalah yang membuat para pemimpin, bos, manajer atau atasan merasa lebih suka dengan para karyawan yang bekerja keras. 
 
Sayangnya, bekerja keras belum tentu bisa menciptakan hasil yang lebih efisien. Seringkali kerja keras hanya sekedar memaksimalkan jumlah waktu dan keringat yang kita curahkan untuk tugas-tugas kerja yang ada, namun kerja keras tidak membahas atau tidak dapat memprediksi seberapa efisien kah kita dalam menyelesaikan tugas-tugas kerja tersebut.
 
Sebagai contoh, saya berusaha sekuat tenaga dan bekerja keras untuk menyelesaikan dua laporan keuangan dalam waktu dua hari. Akan tetapi, ternyata rekan kerja saya menerapkan konsep bekerja dengan cerdas, sehingga dirinya dapat menyelesaikan dua laporan keuangan yang sama dalam waktu 10 jam saja. What?! Kira-kira kalau rekan pembaca menjadi saya, akan pilih yang mana? Bekerja keras atau bekerja cerdas? Sekarang mari kita simak strategi kerja yang ditawarkan kerja cerdas. 
 

Bagaimana Cara Bekerja Cerdas? 

Strategi kerja cerdas ini tidak akan sama dengan strategi kerja keras. Target kerja yang diharapkan bisa saja sama, namun cara kerja, perjuangan yang diberikan, waktu kerja yang digunakan mungkin akan sangat berbeda. 
 
Kerja cerdas selalu menggunakan waktu yang lebih sedikit, perjuangan yang tidak lebih banyak dan cara kerja yang lebih simpel dibandingkan dengan kerja keras. 
 
Bagi orang-orang yang memiliki waktu banyak, bekerja keras mungkin bisa menjadi suatu pilihan yang baik, namun bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki waktu senggang yang banyak? Atau orang-orang yang memiliki target untuk mendapatkan hasil kerja yang banyak namun waktu yang tersedia sangat terbatas? Jika kondisinya seperti ini, maka kerja cerdas adalah pilihan yang terbaik. 
 
Lagipula, kerja cerdas tidak akan membuat badan kita menjadi sangat lemah karena waktu yang kita berikan untuk mengerjakan tugas-tugas kerja akan lebih sedikit daripada kerja keras. Dengan kata lain, kita tidak memforsir tenaga dan pikiran kita hanya demi suatu pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan lebih cepat dengan hasil yang lebih baik. 
 
Dengan menggunakan manajemen waktu dan strategi produktivitas, kita bisa mendapatkan hasil yang berkualitas lebih tinggi dan lebih banyak energi yang tersisa untuk hal-hal lain daripada menenggelamkan diri dalam bekerja keras, dan itu semua bersumber pada efisiensi kerja.
 

Esensi Efisiensi Kerja

Sekarang kita sudah mengetahui bagaimana strategi kerja yang ditawarkan oleh kerja keras dan kerja cerdas. Kita bisa menarik kesimpulan singkat bahwa perbedaan antara kerja keras dan kerja cerdas itu bersumber pada efisiensi kerja yang diberikan oleh masing-masing istilah tersebut. 
 
Lantas, apa sih yang dimaksud dengan efisiensi kerja? Efisiensi kerja adalah istilah lain yang dapat menggambarkan bahwa output (hasil) yang kita dapatkan lebih baik, banyak dan maksimal dengan input (usaha) yang diberikan lebih sedikit. 
 

Lantas Lebih Baik Mana, Kerja Keras atau Kerja Cerdas?

Kita sudah membahas bagaimana strategi kerja keras dan kerja cerdas, tapi mungkin sebagian dari kita masih merasa bingung, “Sebenarnya lebih baik bekerja keras atau bekerja cerdas ya?” Banyak orang yang masih menganggap bahwa “kerja keras itu jauh lebih baik daripada kerja cerdas” Mengapa? Karena bagi mereka yang memilih ini, kerja keras dianggap memiliki daya pikat yang lebih daripada kerja cerdas. Bagaimana jika kita melihat hasil studi yang ada? Hasil studi yang dilakukan oleh seorang ekonom di Universitas Stanford John Pencavel menunjukkan bahwa ketika individu bekerja lebih dari 50 jam dalam seminggu, maka produktivitas yang dimilikinya akan menurun. Dari hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ketika kita bekerja keras, ini sama saja seperti membuang-buang waktu. Analoginya, sudah capek-capek bekerja keras dengan mencurahkan waktu kerja yang lebih, eh produktivitas kita malah menurun, bukannya tambah meningkat. 
 

Bagaimana Cara Kerja Cerdas? 

Setelah menyimak hasil dari penelitian di atas, mungkin beberapa rekan pembaca akan menjadi semakin penasaran dengan cara bekerja cerdas. Berikut ini kami berikan 3 tips utama yang bisa kita lakukan untuk menerapkan kerja cerdas. 
 

1. Tetapkan 3 Tujuan Utama Setiap Harinya dan Berfokus pada Itu!

Orang-orang yang menerapkan cara kerja keras beralasan bahwa pekerjaan mereka itu ada sangat banyak, sehingga mereka harus mencurahkan tenaga dan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan semua pekerjaannya. Namun, kerja keras tidak menjamin kita bisa bekerja lebih efisien (seperti yang sudah dibahas sebelumnya). 
 
Oleh karena itu, para ahli produktivitas menyarankan bahwa setiap orang harus menetapkan 3 tujuan utama saja setiap harinya dan berfokus pada penyelesaian tiga tujuan tersebut. Konsep tiga tujuan ini akan membuat fokus dan energy kita menjadi lebih terarah, kita tidak akan menghabiskan waktu dan energi untuk pekerjaan lain di luar ketiga fokus ini. 
 
Bagaimana jika kita tidak menetapkan tiga tujuan utama? Hasilnya, kita akan kewalahan dengan daftar tugas yang begitu banyak, sampai-sampai kita akan bingung “mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa ditunda terlebih dahulu?” Berbeda halnya ketika kita telah menetapkan tiga tujuan utama, kita akan lebih terarah dan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan. Ketika pekerjaan lebih cepat selesai, kita bisa memegang pekerjaan lain, sehingga output yang kita dapatkan jauh lebih banyak. 

2. Hindari Multi-Tasking.  

Kerja cerdas itu tidak multitasking dan tingkat produktivitas yang tinggi juga tidak bisa disamakan dengan melakukan pekerjaan secara multitasking. Singkatnya, multitasking tidak akan membuat kita fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan, sehingga hasil yang diberikan tidak akan maksimal. Selain itu, multitasking juga akan membuat kita kewalahan dengan jumlah pekerjaan yang ada. Akibatnya, kerja keras lebih adalah solusinya. Sedangkan, ketika kita berfokus pada pekerjaan yang harus diprioritaskan (tanpa multitasking), maka kita akan menyelesaikan pekerjaan lebih maksimal dan lebih cepat, tanpa merasa kewalahan. 

3. Jangan Lupa Beristirahat. 

Kerja keras identik dengan mencurahkan seluruh tenaga, waktu, jiwa dan raga untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan semua pekerjaan yang ada, tanpa kenal waktu dan tanpa kenal lelah. Sedangkan, kerja cerdas memiliki prinsip kebalikannya. Prinsip kerja cerdas menyatakan bahwa setiap individu tidak boleh skip waktu istirahat ketika bekerja. Maknanya, tidak baik jika kita bekerja secara terus-menerus tanpa memiliki jeda sedikitpun. 
 
Penelitian yang dilakukan oleh seorang dosen senior MIT Sloan, bernama Bob Pozen, menemukan bahwa menjauh dari pekerjaan setiap 75 hingga 90 menit dapat membantu kita menyelesaikan lebih banyak tugas kerja dengan menghilangkan rasa lelah dan memberi otak kita jeda waktu untuk beristirahat dari pekerjaan yang berat.
 
Setelah menyimak isi artikel di atas, mungkin kita akan menjadi tambah yakin bahwa kerja cerdas lebih baik daripada kerja keras. Tentunya, pilihan yang jauh lebih terbaik adalah kita bekerja cerdas dan juga bekerja keras. Dengan demikian kita bisa menjadi pemenang. Karena tidak ada satu orang pun pemenang di bidang apapun tanpa bekerja cerdas dan bekerja keras. Selamat bekerja cerdas ya, rekan-rekan pembaca Career Advice.

Featured Career Advice