Memimpin di Era Ketidakpastian
By Berny Gomulya
Apakah Anda sudah menonton film Uncertainty yang diputar di bioskop tahun 2011? Film ini dimulai ketika pasangan muda, Bobby (diperankan oleh Joseph Gordon Levitt) dan Kate (diperankan oleh Lynn Collins), yang telah bersama-sama selama 10 bulan, menemukan ketidakpastian dalam hidup mereka. Kate yang sedang hamil 11 minggu tidak tahu akan kemana pada tanggal 4 Juli. Ditengah kebingungan, alih-alih berpikir rasional untuk mengambil keputusan, mereka memutuskan untuk melempar koin. Setelah Bobby melempar koin, mereka masing-masing berlari ke arah yang berlawanan di jembatan Brooklyn. Setelah itu, penonton diajak mengikuti dua jalan cerita berbeda.
Cerita pertama terjadi di Brooklyn, dimana Bobby dan Kate memutuskan untuk mengunjungi keluarga Kate. Mereka menemukan seekor anjing, yang mereka tidak tahu siapa pemiliknya. Paman Kate menderita hilang ingatan, saudara laki-lakinya meninggal dunia 5 tahun silam, dan saudara perempuannya akan sekolah ke universitas, kecemasan sang Ibu yang berlebihan.
Sedangkan, cerita kedua terjadi di Manhattan, dimulai dari daerah Chinatown, dimana Bobby dan Kate menemukan handphone, yang berharga US$500.000. Mereka berusaha menukarkan handphone tersebut dan uang US$500.000, namun tidak berhasil. Bobby, akhirnya, membuang handphone tesebut.
Kedua cerita diatas berakhir pada hari berikutnya, di jembatan Brooklyn, dengan pertanyaan yang menggelitik, “What do we want to do now? What do we do now? I don't know. I guess we just keep going.” Film yang diproduseri oleh Scott Mc Gehee and David Siegel, ingin mengingatkan bahwa sekecil apapun keputusan yang diambil, bisa menimbulkan ketidakpastian. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita akan menjumpai ketidakpastian. Dan, agar kita mampu menghadapi ketidakpastian, kita membutuhkan cara-cara kepemimpinan yang berbeda.
Kisah film diatas, mengingatkan keadaan dunia saat ini yang sedang mengalami uncertainty (ketidakpastian). Dunia dilanda kecemasan karena banyak negara, khususnya Eropa, tumbang akibat defisit dan utang yang tinggi. Dunia mengalami tantangan baru. Krisis Eropa yang tak kunjung usai membuat pelaku bisnis ketar ketir menghadapi ketidakpastian. Apalagi, terlihat bahwa krisis global ini sudah menjalar ke sejumlah negara di luar Eropa, misalnya China. Perlambatan ekonomi di China sudah mulai terlihat di beberapa tahun lalu. Belum lagi terjadinya perang dagang antar negara yang menambah ketidakpastian.
Dalam ceramahnya di Jakarta beberapa tahun lalu, Guru besar ekonomi dari Stern School of Business, New York University, Professor Nouriel Roubini memprediksi bahwa krisis kali ini, kalau terjadi, akan lebih buruk dan kompleks dari krisis di Amerika tahun 2008 lalu. “Krisis di Eropa negara yang ambruk, sedangkan di tahun 2008, korporasi besar yang mengalami kebangkrutan,” ujar ekonom yang dijuluki Doctor Doom karena kepiawaiannya meramal krisis. Krisis yang terjadi di Eropa semakin kompleks, rumit, dan menimbulkan ketidakpastian karena melibatkan masalah politik dan sosial sekaligus. Para pemimpin Eropa acapkali tidak sepakat dalam membuat kebijakan.
Pemimpin organisasi di seluruh dunia saat ini mempunyai tantangan yang sama, yakni bagaimana mereka bisa bertindak secara efektif di tengah krisis global yang penuh ketidakpastian. Kepemimpinan mengalami ujian. Bukan hanya, kepemimpinan ditingkat negara, tapi juga di level perusahaan. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana memimpin dengan sukses di masa yang penuh dengan ketidakpastian, disruptive, dan chaos ini?
Tiga Keahlian
Di dalam bukunya, Jim Collins dan Morten T. Hansen, Great by Choice (Harper Business, Oktober, 2011), mereka menemukan tiga karakteristik utama kepemimpinan yang diperlukan untuk memimpin di zaman ketidakpastian: ketakutan produktif (Paranoia productive), kreativitas empiris (Empirical creativity), dan disiplin fanatik (Fanatic Discipline). Mereka melakukan penelitian terhadap para pemimpin perusahaan yang berhasil bertumbuh menjadi “Great Company” di tengah kondisi industri yang kacau balau, dan penuh ketidakpastian. Industri yang diteliti termasuk biotech, semi conductor, personal computer, and industri penerbangan.
Pertama, ketakutan produktif.
Ini adalah kemampuan untuk menjadi sangat waspada tentang peristiwa-peristiwa buruk yang berpotensi menghantam kinerja perusahaan, lalu kemudian dengan pikiran jernih, mengubah ketakutan itu menjadi persiapan dan tindakan antisipatif. Pada era ini, pemimpin tidak hanya duduk diam dalam ketakutan, tetapi ia kudu bertindak. Contohnya, Herb Kelleher (Mantan CEO of Southwest Airlines), yang ngotot mengimplementasikan efisiensi biaya dan menjalankan lean operation, walaupun perusahaan masih dalam masa jayanya, sehingga Southwest Airlines selalu siap menyongsong badai, entah badai itu akan terjadi atau tidak akan terjadi. Bill Gates sangat awas tentang apa yang bisa menghantam, memukul, dan merusak Microsoft. "Ketakutan akan memandu Anda," kata Bill Gates pada tahun 1994.
Kedua, kreativitas empiris.
Hanya bertahan hidup tidak akan menghasilkan apa-apa di era ketidakpastian. Sesuatu yang baru harus diciptakan. Pemimpin diwajibkan menjadi sangat kreatif - untuk membuat produk dan pelayanan baruyang diminati pasar. Collins dan Hansen menemukan bahwa prinsip kepemimpinan yang membuat perbedaan adalah adanya pendekatan tertentu dalam hal kreativitas. Mereka menyebutnya kreativitas empiris, yaitu kemampuan untuk secara empiris memvalidasi naluri kreatif. Ini berarti pemimpin menggunakan pengamatan langsung, melakukan eksperimen praktis, dan terlibat langsung di lapangan, daripada hanya mengandalkan opini, pendapat, asumsi, dan analisis diatas kertas belaka.
Ketiga, disiplin fanatik.
Disiplin dapat berarti banyak hal - bekerja keras, taat aturan, patuh, dan lain-lain. Namun, Collins dan Hansen mengartikan disiplin fanatik sesuatu yang lain, yaitu konsistensi tindakan. Konsistensi terhadap nilai-nilai organisasi, tujuan jangka panjang, dan standar kinerja tinggi. Tidak peduli apakah pasar sedang turun, resesi ekonomi global, atau sengitnya persaingan, pemimpin mesti sangat disiplin dengan menunjukkan konsistensinya terhadap visi jangka panjang dan semua tindakan untuk mewujudkannya.
Dari hasil studi Collins dan Hansen, dapat disimpulkan bahwa memimpin di tengah ketidakpastian tidak cukup hanya duduk manis di belakang meja, sekedar mengandalkan intuisi meneropong masa depan, hanya menjadi pemimpin yang karismatik, apalagi hanya menjadi pemimpin yang bersandar pada pencintraan belaka. Dibutuhkan lebih dari pada itu. Di tengah ketidakpastian, pemimpin membutuhkan tiga ketrampilan kepemimpinan: disiplin fanatik membuat organisasi on the right track, kreativitas empiris membuat orang-orang bersemangat, dan ketakutan produktif membuat manusia tetap hidup.
Penulis: Berny Gomulya adalah Co-founder & CEO Studilmu dan Co-founder & CEO BusinessGrowth. Beliau juga adalah pembicara, trainer, facilitator, coach dan penulis beberapa buku best seller, yaitu The 5 Principles of Excellent Execution, Problem Solving & Decision Making, The Leader in You, serta buku terbaru yang terbit di bulan Feb 2018 ini: Coaching for Results.
Featured Career Advice
-
Resume & Interviewing
Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan
-
Innovation
Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness
-
Productivity
Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif
-
Mindset
Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian
-
Innovation
Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?
-
Mindset
5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja
-
Productivity
Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan
-
Self Improvement
Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini
-
Productivity
Menyeimbangkan Kecepatan dan Ketelitian: Kunci Kerja Efisien
-
Productivity
Tantangan Konsistensi dan Langkah-Langkah untuk Tetap Konsisten
-
Self Improvement
Mengenal Microsoft Excel: Aplikasi Pengolah Data yang Efisien
-
Innovation
Penjadwalan dan Pembuatan Kalender Konten di TikTok
-
Generation Millenials & Z
Alasan Generasi Z Memilih TikTok sebagai Sumber Informasi Utama
-
Self Improvement
Tips Tampil Percaya Diri Tanpa Terlihat Berlebihan di Kantor
-
Self Improvement
Pentingnya Penampilan dan Perawatan Diri di Tempat Kerja
-
Self Improvement
Tips Makeup Ideal Berdasarkan Jenis Kulit Wajah
-
Self Improvement
Tampil Menawan dengan Make Up Sesuai Bentuk Wajah
-
E-learning
Pelatihan Berkualitas, Beragam, dan Mudah dipelajari Bersama STUDiLMU
-
E-learning
Intip STUDiLMU sebagai Lembaga Pelatihan di Prakerja, Yuk!
-
E-learning
Apa Kata Mereka tentang Pelatihan Prakerja di STUDiLMU
-
Tips of Management
Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan
-
Leadership
Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah
-
Leadership
Prinsip-Prinsip Agile Leadership
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table