×
STUDILMU Career Advice - Pemain Sepak Bola
Leadership

Pemain Sepak Bola

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

 
Coba perhatikan para pemain sepak bola ketika sedang dalam pertandingan. Semua pemain pasti ikut terlibat dan bersemangat untuk mencapai kemenangan tim, bukan kemenangan individual. Mereka punya tujuan yang sama, yaitu memenangkan pertandingan. Itulah semangat pemain sepak bola.
 
Lalu, mari perhatikan orang-orang di sekitar Anda. Rekan kerja, rekan beda departemen, tim pendukung, dan lainnya. Kemudian coba ingat-ingat momen di mana Anda perlu berkoordinasi dan meminta mereka terlibat di suatu project atau event penting perusahaan. Tidak harus project atau event yang ada hubungan atau kaitannya langsung dengan pekerjaan mereka masing-masing. Yang penting adalah yang perlu melibatkan mereka, atau seharusnya Anda bisa melibatkan mereka. Terlepas dari apakah pada akhirnya mereka mau berpartisipasi atau tidak, dan sesukses apa peran mereka saat berpartisipasi, sekarang coba kelompokkan mereka, berdasarkan tiga tingkatan. Pertama, mereka yang dengan senang hati membantu, akomodatif, dan kooperatif. Orang-orang yang Anda tahu ‘bisa diandalkan’. Kelompok ke dua adalah mereka yang akan bergabung jika memang harus, tapi jika tidak harus maka mereka akan memilih “mendingan gue kerja”. Tipe “Diajak ga diajak ya ikut aja”. Mereka yang menjadi pilihan ke dua Anda jika kelompok pertama tidak bisa bergabung. Kemudian kelompok terakhir, kelompok ketiga adalah mereka yang memang Anda tahu akan selalu menolak dengan berbagai alasan. Benar-benar menjadi pilihan Anda hanya jika sudah kepepet, kalau sudah tidak ada pilihan lain. Menurut Anda, yang manakah dari 3 kelompok tersebut yang memiliki kriteria yang sama dengan pemain sepak bola?
 
Silakan mengingat-ingat tiga kelompok ini dan kriterianya, sambil mulai memilah-milah mereka lagi ke penggolongan selanjutnya. Dalam keseharian kerja, berapa Anda akan menilai performa mereka? Katakanlah mereka berhak mendapat bintang tertinggi tiga, jika mereka mengusahakan yang terbaik dalam menyelesaikan tugasnya. Tidak keberatan membuat sedikit pengorbanan to go the extra mile, dan tidak ragu merangkul/dirangkul demi hasil akhir positif. Contoh paling gampangnya, dengan sadar akan overtime demi menyelesaikan tugasnya atau membantu pihak lain. Bintang terendah berhak disematkan pada mereka yang bekerja ala kadarnya, sesuai apa yang diminta, dengan berbagai keluhan tentang tambahan tugas yang didapat, request mendadak yang kemungkinan berefek overtime, dan reward yang bagi mereka tidak adil (biasanya karena mereka merasa mendapat kurang dibandingkan kelebihan yang mereka berikan). 
 
Secara jujur, sekarang mari terbuka berpendapat. Jika Anda adalah atasan mereka, siapa saja yang akan Anda pilih untuk ada di tim Anda, untuk menjadi pemain “sepak bola” Anda? Jika harus merelakan kepergian separuhnya, siapa saja yang akan Anda lepaskan? Jika Anda dimasukkan ke kelompok tersebut, ada di kelompok mana Anda? Berapa bintang yang akan Anda berikan pada diri sendiri? Apakah Anda termasuk pemain sepak bola atau penonton sepak bola?
 
Tanpa sadar kita turut menilai rekan sekerja kita. Kita bisa mengenali siapa yang bisa diandalkan, siapa yang bisa menjadi pejuang tertangguh, siapa yang lebih baik diberi tanggung jawab ter-ringan, dan siapa yang hanya akan memperlambat laju pencapaian – hingga lebih baik tidak diikut sertakan. Kalaupun kita adalah salah satu dari kelompok terakhir berbintang satu, kita tetap tahu siapa yang bisa diandalkan dan akan memberikan yang terbaik atas tanggung jawab yang diembannya. Siapa yang sering kita voting sebagai sang penanggung jawab atau kapten sepak bola.
 
Jika kita bisa memberi penilaian, maka orang lain pun melakukan hal yang sama. Mereka bisa mengenali mana yang sekedar menjadi karyawan, dan mana team player sepak bola andalan. Karena itu mereka juga akan membedakan reward yang perlu diberikan, atau teguran yang harus disampaikan. Jika kita sendiri akan memilih orang-orang dengan kriteria terbaik, apa yang membuat kita berpikir bahwa orang lain harus mempertahankan mereka yang kita letakkan di kelompok ‘pilihan terakhir’? Entah sebagai staf atau atasan, setiap pihak menginginkan orang terbaik, pemain sepak bola di timnya, karena mereka menginginkan pencapaian yang juga terbaik.
 
Sekarang sudah jelas mengapa beberapa orang sering tidak dilibatkan, dan mengapa segelintir lainnya seolah terus menerus muncul namanya untuk pegang jabatan sebagai kapten sepak bola. Organisasi membutuhkan “pemain sepak bola”, bukan ‘sekedarnya-worker’ atau sekedar penonton sepak bola. Dan pertanyaannya, sudahkah kita menjadi seorang team player sepak bola?
 
 

A “just a job” employee does just enough to keep their job while complaining about what’s not fair or right at work. A “team player” works positively together with everyone to get the job done the best way possible. See the difference?. 

-Ty Howard-

Featured Career Advice