Coaching
Pengaruh Atasan pada Pengembangan Anak Buah
By Susanti Yahya
Alasan selanjutnya tentang penyebab Coaching tidak efektif, adalah kenyataan pahit bahwa terkadang Atasan Tidak Berorientasi Pada Pengembangan Anak Buah.
Jika kualitas pohon bisa dilihat dari buahnya, maka kualitas seorang atasan bisa dilihat dari perkembangan anggota tim atau bawahannya. Dalam lingkup coaching sebagai atasan, kualitas seseorang dalam berkomunikasi akan terlihat dari perubahan perilaku orang yang mendengarkan, dalam hal ini adalah bawahan.
Andi yang berusaha mengkonfirmasi Lisa perihal masalah pencapaiannya yang merosot, justru memicu masalah karena cara bicara Andi yang tak ubahnya polisi menginterogasi terdakwa. Tak ada jeda waktu untuk Lisa berpikir, apalagi bertanya. Lisa sama sekali tidak puas dan merasa sangat direndahkan oleh Andi. Siska yang uring-uringan karena dinilai tidak kompeten oleh atasannya, dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai tenaga pemasar, dan akhirnya tersinggung dan tidak terima dengan kritikan tersebut. Wati yang tidak juga berusaha mencari solusi atas masalahnya. Alih-alih mengambil tanggung jawab sendiri, ia justru melempar tanggung jawab kepada atasannya, lalu menyalahkan atasannya. Mira yang jadi sering minta bantuan dari atasannya – Doni, untuk setiap masalah – bahkan yang sepele dan seharusnya bisa diatasinya sendiri.
Apa yang bisa kita pelajari dari kasus-kasus di atas? Atasan yang terlalu banyak nasihat hanya membentuk ketergantungan bawahan terhadap dirinya, menciptakan ketidakmandirian. Bila tidak ada perubahan pendekatan atasan terhadap bawahan, Mira dan Wati tidak akan pernah berhasil menjadi pemasar yang handal. Di sisi lain, Andi maupun atasan Siska juga tidak akan pernah mampu menjadi atasan yang baik, bila ia tidak memperhatikan perkembangan bawahannya, dan menyadari kekurangannya dalam berkomunikasi. Ia tidak akan berhasil mengambil hati bawahan, bila ia terus-menerus memanipulasi bawahannya demi kepentingan sendiri. Sulit baginya untuk membiarkan bawahannya bekerjasama dengan tingkat loyalitas yang tinggi. Satu-satunya cara yang bisa ia gunakan – dan yang justru akan semakin kehilangan efektivitasnya, adalah tangan besinya.
Akibat lanjut dari pola relasi atasan yang tidak berorientasi pada pengembangan bawahannya adalah pola relasi formal, dilandasi oleh rasa takut, atau konflik yang tanpa henti. Bagi bawahan, jangankan menjadi sarana berkembang dan menambah kemampuan, pekerjaan hanya jadi rutinitas yang tidak mendatangkan kepuasan apalagi harga diri. Tugas-tugas dari atasan tidak lagi menjadi sarana aktualisasi diri, tetapi menjadi beban dan sumber rasa tidak aman baru bagi bawahan. Jika demikian, tingginya angka turnover karyawan adalah hasil yang tidak mengejutkan. Keluar-masuk karyawan menjadi hal yang biasa, menjurus tradisi.
Pemegang saham sering menggunakan alasan mengejar keuntungan sebagai dalih mempertahankan para atasan yang cenderung manipulatif terhadap bawahan tersebut. Untuk alasan meraih keuntungan finansial, karyawan diperlakukan sebagai expendable commodity (komoditas yang bisa dihabiskan) untuk mencapai tujuan keuntungan finansial. Kemampuan para manajer dalam meyakinkan pemegang saham demi pencapaian spektakuler jangka pendek – pencapaian keuntungan – telah melanggengkan praktik yang tidak manusiawi terhadap karyawan tapi menyemai benih kemunduran bagi perusahaan.
Situasi menguntungkan itu tidak bisa bertahan lama. Penekanan pada keuntungan finansial jangka pendek sering bertolak belakang dengan investasi jangka panjang dalam hal peningkatan kapabilitas pekerja. Prinsip balanced scorecard lebih menekankan pada pentingnya investasi masa depan – pendidikan dan pelatihan pekerja, bukan hanya pada investasi tradisional (seperti peralatan baru, riset, dan pengembangan produk baru). Untuk mencapai tujuan pertumbuhan keuangan jangka panjang yang ambisius, investasi dalam infrastruktur karyawan justru sangat diperlukan. Bukankah penggerak perusahaan adalah karyawan-karyawan dengan dedikasi dan kemampuan yang baik?
Anda tidak perlu menjadi expert untuk memberi coaching, tidak perlu menjadi yang terpintar atau yang berpengalaman terbanyak. Tidak perlu memiliki semua solusi. Tapi Anda harus bisa terhubung dengan orang lain, menginspirasi mereka untuk jadi yang terbaik, dan membantu mereka mencari jawaban dari diri mereka sendiri.
Banyaknya coaching yang dilakukan tidaklah lantas efektif menyelesaikan masalah bawahan. Untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, bawahan harus dilatih untuk tidak terus bergantung pada atasannya. Untuk itulah atasan tidak boleh terlalu banyak memberi nasihat kepada bawahannya. Atasan juga perlu memiliki komitmen yang besar terhadap perkembangan bawahannya. Atasan perlu memelihara kecerdasan emosinya, disamping memperhatikan perkembangan kinerja bawahan sebagai sarana investasi jangka panjang.
Featured Career Advice
-
Resume & Interviewing
Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan
-
Innovation
Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness
-
Productivity
Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif
-
Mindset
Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian
-
Innovation
Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?
-
Mindset
5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja
-
Productivity
Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan
-
Self Improvement
Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini
-
Productivity
Menyeimbangkan Kecepatan dan Ketelitian: Kunci Kerja Efisien
-
Productivity
Tantangan Konsistensi dan Langkah-Langkah untuk Tetap Konsisten
-
Self Improvement
Mengenal Microsoft Excel: Aplikasi Pengolah Data yang Efisien
-
Innovation
Penjadwalan dan Pembuatan Kalender Konten di TikTok
-
Generation Millenials & Z
Alasan Generasi Z Memilih TikTok sebagai Sumber Informasi Utama
-
Self Improvement
Tips Tampil Percaya Diri Tanpa Terlihat Berlebihan di Kantor
-
Self Improvement
Pentingnya Penampilan dan Perawatan Diri di Tempat Kerja
-
Self Improvement
Tips Makeup Ideal Berdasarkan Jenis Kulit Wajah
-
Self Improvement
Tampil Menawan dengan Make Up Sesuai Bentuk Wajah
-
E-learning
Pelatihan Berkualitas, Beragam, dan Mudah dipelajari Bersama STUDiLMU
-
E-learning
Intip STUDiLMU sebagai Lembaga Pelatihan di Prakerja, Yuk!
-
E-learning
Apa Kata Mereka tentang Pelatihan Prakerja di STUDiLMU
-
Tips of Management
Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan
-
Leadership
Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah
-
Leadership
Prinsip-Prinsip Agile Leadership
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table