Coaching
Umpan Balik Negatif Tidak Selalu Menyakitkan
By STUDiLMU Editor
Ada begitu banyak artikel dan tulisan blog yang tersebar di media sosial tentang umpan balik atau kritik yang negatif. Dari sumber-sumber tulisan tersebut, banyak yang setuju dan berpendapat bahwa sebagai makhluk sosial seharusnya kita tidak perlu menjadi terlalu "kritis" atau "negatif", terutama saat memberikan umpan balik kepada karyawan atau kolega. Saya yakin bahwa pendapat ini dimaksudkan dengan sangat baik, bahkan kedengarannya bagus. Apalagi kita sering merasa kesulitan untuk merangkai kata-kata untuk memberitahu orang lain bahwa yang mereka lakukan salah, bahkan itu sedikit memalukan bagi mereka yang terlibat.
Tetapi, tahukah pembaca Career Advice bahwa menghindari atau menutupi umpan balik negatif dapat menjadi hal yang berbahaya di masa depan. Mengapa begitu? Karena mereka tidak akan pernah tahu bahwa yang dilakukan itu sebenarnya tepat untuk karier mereka atau tidak.
Coba kita buat pandangan tentang umpan balik negatif menjadi lebih berbeda ya, sebenarnya umpan balik negatif dapat menjadi suatu hal yang luar biasa. Jika diibaratkan, ini adalah sebuah hadiah yang sangat berharga, bahkan tidak dapat dibeli dengan mata uang manapun. Tidak percaya? Mereka yang mendapatkan umpan balik negatif sebenarnya sedang diarahkan ke jalur yang lebih tepat, bahkan itu sangat membantu untuk perkembangan karier mereka loh!
Ketika sebuah umpan balik disampaikan dengan cara yang benar dan pada waktu yang tepat, apapun umpan balik negatif yang disampaikan, tidak akan terdengar negative lagi, namun sesuatu yang sangat memotivasi.
Kenyataannya, mereka yang tidak berani menerima umpan balik negatif memiliki risiko yang cukup tinggi. Hal ini berbahaya karena tanpa kesadaran akan kesalahan yang diperbuat, tidak ada potensi yang dapat meningkat. Jadi jika pembaca mendapatkan umpan balik negatif, jangan khawatir, tetap tenang dan positif dalam menerimanya.
Beberapa orang tetap menyangkal hal ini, “Bukankah umpan balik negatif dapat mengecilkan hati orang yang menerimanya? Bahkan, menurunkan motivasi mereka?” dan “Bukankah manusia memerlukan sesuatu yang mendorong kepercayaan diri mereka, bukan sebaliknya?” Yes, itu benar sekali, bahkan sepenuhnya benar.
Ini cukup membingungkan, bukan?
Tenang rekan-rekan, baru-baru ini Stacey Finkelstein (Columbia University) dan Ayelet Fishbach (University of Chicago) melakukan sebuah penelitian yang sangat brilian. Hasil penelitian mereka menjelaskan sifat umpan balik yang tampaknya paradoks, dengan menjelaskan mengapa, kapan, dan untuk siapa umpan balik negatif tersebut sesuai untuk diberikan.
Kuncinya, kita perlu memahami fungsi yang diberikan oleh umpan balik positif dan negatif. Umpan balik positif dapat meningkatkan komitmen terhadap pekerjaan yang dilakukan, ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri, sehingga individu yang mendapatkannya semakin ini melebarkan sayapnya dalam mencari pengalaman yang lebih luas.
Lalu, bagaimana dengan umpan balik negatif? Nah, ini dia yang sering menimbulkan persepsi yang salah. Di sisi lain, umpan balik negatif berperan sebagai platform yang sangat informatif. Ini dapat memberikan kita kejelasan tentang bagaimana kita harus menghabiskan usaha dan kinerja yang kita berikan, bagaimana kita dapat memperluas wawasan kita, dan banyak hal lainnya.
Dengan adanya dua fungsi yang berbeda ini, kita dapat menempatkan umpan balik positif dan negatif dengan lebih efektif, dan tentunya lebih memotivasi orang-orang pada waktu dan tempat yang berbeda (disesuaikan dengan situasi yang ada).
Mari kita lihat contoh kecil di bawah ini untuk melihat penggunaan umpan balik positif dan negatif yang tepat.
Misalnya, ketika pembaca benar-benar tidak tahu apa yang harus lakukan, merasa buntu dan kehilangan arah, maka umpan balik positif dapat membantu pembaca untuk tetap optimis dan merasa lebih nyaman dengan tantangan yang dihadapi, dan umpan balik positif ini sangat tepat untuk diberikan kepada mereka yang masih pemula di suatu bidang karier.
Tetapi, ini akan berbeda jika pembaca adalah seorang yang ahli dibidangnya. Pastinya, pembaca Career Advice sangat tahu apa yang dilakukan dan apa yang tidak harus diperbuat, bahkan melakukannya dengan hampir sempurna. Namun, apakah itu adalah indikasi yang baik tanpa ada kemajuan apapun? Nah pada situasi ini, umpan balik negatif dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk mencapai puncak kesuksesan lain yang belum pernah diraih sebelumnya.
Sekarang mari kita membahas studi yang kedua. Dalam hal ini, para peneliti melihat perilaku yang sangat berbeda, yang terlibat dalam tindakan ramah lingkungan. "Pakar" adalah sebutan akrab untuk para anggota organisasi lingkungan, sedangkan "novis" adalah panggilan untuk mereka yang bukan anggota.
Setiap peserta dalam penelitian ini membuat daftar tindakan yang mereka ambil secara teratur yang membantu lingkungan seperti, daur ulang, menghindari penggunaan air botolan, dan mandi dengan waktu singkat.
Para pelaku ini ditawari umpan balik dari konsultan lingkungan tentang efektivitas tindakan mereka, dan diberi pilihan: “Apakah Anda bersedia untuk mengetahuinya, dan akan menerimanya dengan senang hati?”
Hasilnya cukup mengejutkan, para “pakar” sebagai para anggota organisasi lingkungan, memilih untuk mengetahui umpan balik negatif dari tindakan yang mereka lakukan, sedangkan para "novis" memilih untuk mengetahui umpan balik positif.
Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa orang yang berpengalaman dalam domain tertentu atau dalam kata lain, orang yang telah mengembangkan beberapa pengetahuan dan keterampilan tidak akan merasa ketakutan untuk menerima umpan balik negatif. Bahkan jika mereka tidak mendapatkanya, mereka akan mencarinya.
Secara intuitif, mereka menyadari bahwa umpan balik negatif menawarkan kunci untuk maju, sementara umpan balik positif hanya memberitahu mereka apa yang sudah mereka ketahui.
Tetapi, bagaimana dengan motivasi? Umpan balik seperti apa yang dapat membuat kita agar mengambil tindakan?
Ketika peserta dalam studi lingkungan secara acak diberikan umpan balik positif atau negatif tentang tindakan mereka, dan kemudian ditanya berapa banyak kompensasi studi yang ingin mereka sumbangkan kepada institusi penelitian tersebut, ternyata ini juga menghasilkan jawaban yang cukup variatif.
Ketika umpan balik negatif diberikan, para ahli memberi lebih banyak dengan rata-rata ($ 8,53) dari pada pemula yang hanya memberikan ($ 1,24). Tetapi, ketika umpan balik positif diberikan, novis atau pemula memberi jauh lebih banyak ($ 8,31) daripada para ahli yang hanya memberikan ($ 2,92).
Untuk lebih jelasnya, kami tidak menyarankan pembaca Career Advice untuk tidak pernah memberitahu pemula tentang kesalahannya, atau tidak pernah memuji para profesional yang berpengalaman untuk pekerjaannya yang luar biasa. Dan, tentu saja umpan balik negatif harus selalu disertai dengan nasihat yang baik, dan diberikan dengan bijaksana.
Selain itu, kami juga menyarankan bahwa memberikan pujian yang banyak adalah motivator yang sangat efektif bagi para pemula. Jadi, tidak perlu khawatir ketika kita harus menunjukkan kesalahan kepada seseorang yang berpengalaman. Umpan balik negatif tidak akan menghancurkan kepercayaan diri mereka, tetapi itu malah memberikan informasi yang sangat mereka butuhkan untuk membawa kinerja mereka ke tingkat berikutnya.
Jadi, bagaimana pembaca Career Advice? Apakah pembaca masih berpikir bahwa umpan balik negatif adalah sesuatu yang menyakitkan, dan bahkan harus dipendam dan dihindari sebisa mungkin? Jangan lagi ya. Umpan balik negatif hanyalah “kasih sayang dalam bentuk lain” yang diberikan oleh orang yang peduli pada kemajuan hidup kita. Umpan balik negatif adalah hadiah spesial dan istimewa. Nah, apabila pembaca Career Advice mendapatkan umpan balik negatif, tetap tersenyum dan jadikan umpan balik tersebut sebagai pompa diri menuju kesuksesan, ya.
Featured Career Advice
-
Resume & Interviewing
Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan
-
Innovation
Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness
-
Productivity
Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif
-
Mindset
Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian
-
Innovation
Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?
-
Mindset
5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja
-
Productivity
Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan
-
Self Improvement
Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini
-
Productivity
Menyeimbangkan Kecepatan dan Ketelitian: Kunci Kerja Efisien
-
Productivity
Tantangan Konsistensi dan Langkah-Langkah untuk Tetap Konsisten
-
Self Improvement
Mengenal Microsoft Excel: Aplikasi Pengolah Data yang Efisien
-
Innovation
Penjadwalan dan Pembuatan Kalender Konten di TikTok
-
Generation Millenials & Z
Alasan Generasi Z Memilih TikTok sebagai Sumber Informasi Utama
-
Self Improvement
Tips Tampil Percaya Diri Tanpa Terlihat Berlebihan di Kantor
-
Self Improvement
Pentingnya Penampilan dan Perawatan Diri di Tempat Kerja
-
Self Improvement
Tips Makeup Ideal Berdasarkan Jenis Kulit Wajah
-
Self Improvement
Tampil Menawan dengan Make Up Sesuai Bentuk Wajah
-
E-learning
Pelatihan Berkualitas, Beragam, dan Mudah dipelajari Bersama STUDiLMU
-
E-learning
Intip STUDiLMU sebagai Lembaga Pelatihan di Prakerja, Yuk!
-
E-learning
Apa Kata Mereka tentang Pelatihan Prakerja di STUDiLMU
-
Tips of Management
Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan
-
Leadership
Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah
-
Leadership
Prinsip-Prinsip Agile Leadership
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table